Selamat jalan anakku. Semoga di lain waktu dalam ruang yang berbeda, kita bisa kembali bertatap muka. Berdiskusi dan membicarakan tentang pantun dan pribahasa, lara saudara-saudaramu di Palestina sana, hingga tragikomedi politik bangsa sendiri. Kita harus “berpisah” untuk sementara waktu. Karena lonceng perpisahan akan segera bertalu.
Kehidupan memang selalu berselimut prasangka. Tidak ada yang tahu pasti kapan air turun kala kabut bosan mengepung angkasa. Namun, dengan ke-lima indera, makhluk paripurna yang bergerilya di lorong dunia seharusnya sudah bisa menangkap setiap gejala. Perubahan yang nampak oleh mata. Maupun bisik-bisik konspirasi global yang hegemonik. Jangan kira jika kau berjalan di tiap setapak, bebas walau hanya sekedar intaian. Jejak langkah bisa terendus. Dan menjadi bukti aduan untuk bisa dijebloskan dalam kubangan. Waspadalah!, banyak kerikil tersebar, tak sedikit bisa binatang melata hingga tajam taring sang penguasa rimba. Siap menerkam dan kau menjadi santapan. Asahlah selalu “indera ke-enam”-mu. Jangan kau terlalu berlama-lama menuruti keinginan unsur bumi. Sering-seringlah kau tengadahkan muka dan pandangan. Agar luasnya galaksi, bisa menyadarkan hikmah keterasingan di hamparan kehidupan.
Keterbatasan dan kesempurnaan adalah sahabat yang selalu berkelindan. Sejak ari-ari pecah sampai bunga kamboja di pusara merekah. Dalam keterbatasan, bersiaplah jika jemarimu akan menjadi legam. Bulir keringat jangan sampai membuat hatimu berkarat. Karena kikir, tamak, dan hasad. Teteskanlah bening amalmu dalam setiap kesempatan. Karena ”tetesan demi tetesan akan menjadi sungai, dirham demi dirham akan menjadi harta, kertas demi kertas akan menjadi buku. Dan waktu demi waktu yang dilewati akan menjadi umur.” (Aidh al-Qarni).
Dalam kesempurnaan ada pelajaran. Sebagai khalifah-Nya di bumi, kita tak patut untuk membungkukkan badan. Kepeda mereka yang mengaku memiliki ”kekuasaan”. Bersikap manis tapi janganlah dipaksakan. Jauhkan sikap melankolik agar tak nampak gurat kepayahan. Sebagai pemilik 4,3 miliar barel cadangan minyak. Tapi nyaris habis dihisap oleh perampok dan tengkulak. Hey !. kamu adalah orang-orang pilihan. Bentangkan pandanganmu untuk menelisik dahan, ranting, dan rimbun dedaunan. Sebagai tempat persembunyian. Para pengerat hak-hak ummat. Lakukanlah perlawanan. Karena kamu tidak punya pilihan selain menegakkan keadilan.
Anakku, kesederhanaan adalah sumbu kepercayaan. Oleh karenanya, jangan sekali-kali kau cerai-beraikan buhulnya. Akan ringkih pesonamu seandainya kau bermegah-megahan. Peristiwa uhud sudah cukup mengajarkan. Ketika busur dan anak panah ditanggalkan. Berlomba mengumpulkan harta dan perhiasan. Cinta dunia dan kelalaian ganjarannya adalah kekalahan. Kekalahan di alam fana dan di alam baka. Sungguh mulia apabila kau meneladani. Seorang ulama yang bernama Bisyir bin Harits al-Hafi. ”Dia (Bisyir bin Harits al-Hafi) termasuk orang yang mengungguli orang-orang seangkatannya dalam hal zuhud dan wara’, akalnya sangat jenius, memiliki bermacam-macam keutamaan, bagus jalan hidupnya, lurus jalannya, dan sangat mengendalikan diri.” Testimoni tulus seorang Al-Khathib al-Baghdadi. Dan bukankah Sang Rabbi ’izzati sudah mewanti-wanti, "Dijadikan indah pada pandangan wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”(QS. 3:14)
Detik waktu tak mau menunggu anakku. Percepatlah lajumu. Ketertinggalan karena kesengajaan adalah musibah besar. Jangan kau terbenam dalam lumpur penyesalan. Jadikan istighfar sebagai obat penawar. ”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. 24:31). Yaa bunayya, waththinu anfusakum !.
Pemancingan, 16 Rabiul Akhir 1429 H,
Untuk buah hatiku, Faris dan Fatih
Keterbatasan dan kesempurnaan adalah sahabat yang selalu berkelindan. Sejak ari-ari pecah sampai bunga kamboja di pusara merekah. Dalam keterbatasan, bersiaplah jika jemarimu akan menjadi legam. Bulir keringat jangan sampai membuat hatimu berkarat. Karena kikir, tamak, dan hasad. Teteskanlah bening amalmu dalam setiap kesempatan. Karena ”tetesan demi tetesan akan menjadi sungai, dirham demi dirham akan menjadi harta, kertas demi kertas akan menjadi buku. Dan waktu demi waktu yang dilewati akan menjadi umur.” (Aidh al-Qarni).
Anakku, kesederhanaan adalah sumbu kepercayaan. Oleh karenanya, jangan sekali-kali kau cerai-beraikan buhulnya. Akan ringkih pesonamu seandainya kau bermegah-megahan. Peristiwa uhud sudah cukup mengajarkan. Ketika busur dan anak panah ditanggalkan. Berlomba mengumpulkan harta dan perhiasan. Cinta dunia dan kelalaian ganjarannya adalah kekalahan. Kekalahan di alam fana dan di alam baka. Sungguh mulia apabila kau meneladani. Seorang ulama yang bernama Bisyir bin Harits al-Hafi. ”Dia (Bisyir bin Harits al-Hafi) termasuk orang yang mengungguli orang-orang seangkatannya dalam hal zuhud dan wara’, akalnya sangat jenius, memiliki bermacam-macam keutamaan, bagus jalan hidupnya, lurus jalannya, dan sangat mengendalikan diri.” Testimoni tulus seorang Al-Khathib al-Baghdadi. Dan bukankah Sang Rabbi ’izzati sudah mewanti-wanti, "Dijadikan indah pada pandangan wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”(QS. 3:14)
Detik waktu tak mau menunggu anakku. Percepatlah lajumu. Ketertinggalan karena kesengajaan adalah musibah besar. Jangan kau terbenam dalam lumpur penyesalan. Jadikan istighfar sebagai obat penawar. ”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. 24:31). Yaa bunayya, waththinu anfusakum !.
Pemancingan, 16 Rabiul Akhir 1429 H,
Untuk buah hatiku, Faris dan Fatih
0 komentar:
Posting Komentar