WHAT'S NEW?
Loading...

Maafkan Aku, Istriku ...

Foto : dailymoslem.com

”Kalau lagi marah, kamu jangan sekali-kali mengambil keputusan !”. April tiga tahun yang lalu. Pesan itu disampaikan oleh hampir semua teman dan kerabat ketika saya secara de facto dan de jure diterima sebagai mantu. Sekarang, sudah 1.095 hari bahkan lebih, saya hidup bersama istri tercinta.


Ribut-ribut, sudah pasti terjadi. Karena konon, bahtera keluarga yang harmonis suasannya mesti dinamis. Itu adalah proses apa yang dinamakan mempertautkan dua hati yang berbeda. Menuju gerbang ”jodoh”. Marah, boleh. Ribut boleh. Guyon, boleh. Saling mengingatkan, sangat dianjurkan. Tapi semuanya jelas sesuai dengan aturan, dalam batas dan kadar tertentu.

Perubahan adalah ciri kehidupan. Dari remaja menjadi dewasa, muda menuju tua. Dulu manja sekarang menjadi bijaksana. Maka, ada fase-fase yang harus dilewati. Dan sejatinya perubahan tidak meninggalkan korban. Ada prosedur dan tata cara yang harus dipatuhi. Seperti kisah akhir masa kepemimpinan Sukarno, sejumlah jenderal menjadi korban pengkhianatan dalam merebut kepemimpinan. Begitu juga ketika Pak Harto digantikan Pak Habibi, ada korban dari unsur mahasiswa. Semangat perubahan jika dilandasi kebencian dan kemarahan akan melahirkan kesia-siaan. Besar pasak daripada tiang. Kebangkrutan dalam segala hal sudah menanti.

Hidup memang sulit. Tapi bisa dibuat sangat mudah. Dimulai dengan mengendurkan urat agar tidak cepat marah.


Ahhir Bulan, Banyak Tagihan,

0 komentar: